KISAH PEMUDA YANG TERASING

KISAH PEMUDA YANG TERASING
Oleh : Dr. Dodik Harnadi, M.Pd.
Konon, pada masa Bani Isroil dulu hiduplah seorang pemuda yang terkenal fasiq. Tidak ada satu orangpun yang bisa mencegah kefasikannya, sampai para penduduk di tempatnya tinggal menjadi muak dibuatnya. Oleh karena itu, mereka lalu berdoa dengan khusyu’ kepada Allah agar orang tersebut bisa keluar dari desanya.
Maka Allah mengabulkan doa mereka dengan menurunkan instruksi kepada Nabi Musa AS.
“ Wahai Musa, di kalangan Bani Isroil terdapat seorang pemuda yang sangat fasiq, usir dia dari desa tersebut. Agar masyarakat yang lain tidak menanggung siksaan yang akan diberikan kepadanya, lantaran kefasikan pemuda itu”.
Oleh sebab itu, Nabi Musa mendatangi desa yang dimaksud, kemudian mengeluarkan pemuda fasik itu dari desanya. Pemuda fasik itu pun pergi menuju desa lain, mencari tempat tinggal baru baginya. Allah kembali memerintahkan Nabi Musa untuk mengeluarkan pemuda tadi dari desa barunya.
Dengan patuh, Nabi Musa-pun mengeluarkan pemuda tadi dari desa itu atas perintah Allah. Pemuda fasik tersebut kemudian keluar menuju sebuah padang yang terhampar luas, karena untuk kesekian kalinya diusir lagi oleh Nabi Musa. Di padang itu, dia tinggal sendirian, tidak ada satupun mahluk lain yang hidup di sana, bahkan sekedar tanaman, rerumputan, dan burung-burung. Pendek kata, dia terisolir seorang diri, dengan kecilnya kemunginan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Ternyata benar, di padang itu si pemuda jatuh sakit, tidak ada satupun orang yang bisa menolongnya. Akhirnya si pemuda jatuh tersungkur ke tanah, seraya meratapi kepiluannya, dia berkata “ Andaikan ibuku ada disampingku saat ini, niscaya dia akan merasa kasihan kepadaku, lalu menangis melihat kehinnaanku saat ini”.
Pemuda itu melanjutkan “ Andai ayahku ada disini, tentu dia siap menanggung urusanku ini. Andaikan istriku hadir disini, niscaya dia juga akan menangis lantaran akan berpisah denganku. Dan andaikan anak-anakku hadir disini saat ini, tentu mereka akan mengantarkan jenazahku. Mereka akan berdoa kepada Allah: Ya Allah, ampunilah orang tuaku ini, orang yang diasingkan, sangat lemah, ahli maksiat, fasik, terlempar dari satu desa ke desa lain hingga ke sebuah padang. Dari padang ini, dia keluar dari dunia menuju akhirat dalam kondisi putus asa terhadap segala hal. ”.
Di akhir ratapannya, pemuda fasik itu berdoa, “ Ya Allah, Engkau putuskan hubungan hamba dari orang tua, anak-anak dan istri hamba. Tetapi jangan Kau putuskan hamba dari Rahmat-Mu. Karena Engkau telah membakar hati hamba melalui perpisahan dengan mereka. Oleh sebab itu jangan Kau bakar hamba ini dengan api-Mu lantaran kemaksiatan yang hamba lakukan kepada-Mu”.
Mendengar doa itu, Allah mengutus bidadari yang menyerupai ibu dan istrinya, ghilman yang menyerupai anak-anaknya, serta seorang malaikat menyerupai ayahnya, untuk datang menghampirinya. Mereka duduk di samping si pemuda fasik sambil menangisinya. Lalu pemuda fasik itu berkata:
“ Ini mereka ayah-ibu hamba, istri dan anak-anak hamba, semuanya hadir di sisi hamba”. Pemuda fasik itu sangat bahagia atas kedatangan mereka, dan iapun memperoleh rahmat Allah dalam keadaan suci terampuni dosanya. Kemudian Allah memberikan instruksi kepada Nabi Musa.
“ Wahai Musa, pergilah kamu ke padang ini, di tempat ini, karena ada seorang di antara para kekasihku berada dan meninggal di sana. Datanglah ke sana, lalu kamu tanggung semua urusannya”. Ketika Nabi Musa datang ke tempat itu, ternyata yang dia lihat adalah pemuda yang pernah diusir olehnya. Nabi Musa juga melihat beberapa bidadari di sekitar pemuda fasik tadi. Sangsi, Nabi Musa bertanya kepada Allah.
“ Wahai Tuhan, bukankah pemuda ini adalah orang yang telah hamba usir dari satu desa ke desa yang lain atas instruksi-Mu?”. Maka Allah taala kemudian menjawab.
“ Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah merahmati pemuda itu dan mengampuni dosa-dosanya, karena rintihan yang keluar dari mulutnya di tempat tersebut, lantaran dia telah berpisah dengan tanah air, ayah-ibu, istri dan anak-anaknya. Aku utus seorang bidadari menyerupai ibunya, seorang malaikat menyerupai ayahnya, serta seorang bidadari lain menyerupai istrinya, supaya mereka mengasihani pemuda itu dalam keterasingannya. Sebab jika terdapat orang yang terasing meninggal, maka penduduk langit dan bumi akan menangis, lantaran kasihan kepadanya. Lalu bagaimana mungkin Aku tidak kasihan juga?”.
Cerita ini mengandung pesan penting, bahwa pengampunan Allah jauh lebih luas dari dosa manusia. Tidak ada alasan untuk putus asa dari mengharap ampunan Allah. Yakinlah, bahwa sebesar apapun kesalahan kita, selama kita bertaubat dengan murni kepada Allah, disertai keyakinan bahwa Allah maha pengampun terhadap segala dosa, insyaallah ALLAH akan mengampuni kita.
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- Hari Raya Idul Fitri: Sejarah, Keutamaan, dan Maknanya dalam Islam
- MENGHITUNG MALAM LAILATUL QADAR
- PERSIAPAN MALAM LAILATUL QODAR
- BIOGRAFI NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM
- Pendaftaran Peserta Didik Baru MTs. Badrul Arifin TP 2021 - 2022
Silahkan Isi Komentar dari tulisan artikel diatas :
Komentar :
Kembali ke Atas